Berdasarkan bukti-bukti historis, Din Islam telah berkembang di
Nusantara, pada masa abad pertama hijriah. Dan bukan hal yang mustahil,
apabila Nabi Muhammad pernah mengirimkan surat dakwah, yang ditujukan kepada Raja Sriwijaya.
Pertama terdapat hadist Nabi Muhammad yang berbunyi :
“Bahwa
sepeninggalku ada sebuah negeri di atas angin samudera namanya. Apabila
ada didengar khabar negeri itu maka kami suruh engkau (menyediakan)
sebuah kapal membawa perkakas dan kamu bawa orang dalam negeri (itu) masuk
Islam serta mengucapkan dua kalimah syahadat. Syahdan, (lagi) akan
dijadikan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam negeri itu terbanyak daripada
segala Wali Allah jadi dalam negeri itu“
Dari hadist di atas terdapat suatu kesimpulan bahwa yang di maksud dengan "negeri di atas angin samudara" adalah Kerajaan Sriwijaya yang menjadi negeri maritim saat itu (kakeku seorang pelaut).
Kedua, berupakata “kāfūr” yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Kata ini berasal dari
kata dasar “kafara” yang berarti menutupi. Kata “kāfūr” juga merupakan
nama yang digunakan bangsa Arab untuk menyebut sebuah produk alam yang
dalam Bahasa Inggris disebut camphor, atau dalam Bahasa Melayu disebut
dengan kapur barus.
Masyarakat Arab menyebutnya dengan nama tersebut karena bahan
produk tersebut tertutup dan tersembunyi di dalam batang pohon kapur
barus/pohon karas (cinnamomum camphora) dan juga karena “menutupi” bau
jenazah sebelum dikubur. Produk kapur barus yang terbaik adalah dari
Fansur (Barus) sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera
Utara, yang terletak di pantai barat Sumatra.
Dengan demikian tidak diragukan wilayah Nusantara lebih khusus lagi Sumatra telah dikenal oleh Nabi Muhammad
dari para pedagang dan pelaut yang kembali dengan membawa produk-produk
dari wilayah tersebut (pasai) dan dari laporan tentang apa yang telah
mereka lihat dan dengar tentang tempat-tempat yang telah mereka
singgahi. Perlu di ketahui, bahwa asal-usul penamaan pulau “Sumatera”
sendiri berasal dari kata “Samudera” Pasai.
Menurut berita-berita luar yang juga diceritakan dalam Hikayat
Raja-raja Pasai kerajaan ini letaknya di kawasan Selat Melaka pada jalur
hubungan laut yang ramai antara dunia Arab, India dan Cina. Disebutkan
pula bahwa kerajaan ini pada abad ke XIII sudah terkenal sebagai pusat
perdagangan di kawasan itu.
Selain itu untuk membuktikan lebih dalam, mari kita ikuti kronologis peristiwa sebagai berikut :
*Tahun 625M
Sebuah dokumen kuno asal Tiongkok menyebutkan, pada sekitar tahun 625M di pesisir pantai Sumatera, yang berada di dalam naungan Kerajaan Sriwijaya, telah berdiri sebuah perkampungan Arab.
- Diperkirakan pada sekitar tahun 500, akar cikal bakal Kerajaan Sriwijaya sudah mulai berkembang di sekitar wilayah Bukit Siguntang.
- Dan masa ke-emasan Sriwijaya, sebagai negara maritim terbesar di Asia Tenggara, terjadi pada abad ke-9 M. Pada masa itu, Sriwijaya telah menguasai di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam dan Filipina.
- Sriwijaya juga men-dominasi Selat Malaka dan Selat Sunda, yang menjadikan-nya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal.
*Tahun 1 H
Peristiwa Hijrah
*Permulaan tahun Hijriah secara umum dihitung, bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622 Masehi.
*Dalam versi lain, menyebutkan permulaan tahun Hijrah bertepatan dengan tahun 629 M.
*Tahun 6 H
Dalam masa hijrah, setelah perjanjian Hudaibiyah tahun 6H, Nabi Muhammad
menyurati tentang akan tegaknya din islam kepada para
penguasa, pemimpin suku, tokoh agama, dan sebagainya, agar mereka tunduk patuh pada din islam.
Surat-surat itu dibawa oleh orang-orang kepercayaan beliau di antaranya sebagai berikut
o Dihial bin Kalbi diutus kepada Kaisar Romawi.
o Abdullah bin Huzafah diutus kepada Kisra Persia.
o Hatib bin Abi Balta’ah diutus kepada Gubernur Mesir, yang waktu itu berada di bawah kekuasaan Romawi.
o ‘Amar bin Umayyah diutus kepada Raja Etiopia.
o Syuja’ bin Wahab diutus kepada Pageran Ghassan.
o Hauzah bin ‘Ali Hanafi diutus kepada penguasa Yamamah.
*Tahun 10 H
Nabi Muhammad wafat, kemudian dilanjutkan masa Khulafa’ur Rasyidin.
*Tahun 48 H
Ditemukan beberapa makam Sahabat Nabi Muhammad di Nusantara. Salah
satu yang paling terkenal adalah makam Syeikh Rukunuddin di Barus
(Fansur), Sumatera Utara. Pada makamnya tertulis bahwa beliau wafat pada
tahun 48 H. Tidak diketahui siapa nama Syeikh Rukunuddin sebenarnya,
tapi dari tanggal wafatnya kita bisa mengatakan bahwa kemungkinan beliau
adalah salah sorang sahabat Nabi Muhammad, yaitu orang yang hidup
sezaman dan berjumpa dengan beliau. Para sahabat dan tabiin telah
memulai gelombang awal sejarah din islam di Bumi Nusantara.
*Tahun 100 H
Ibn Abd Al Rabbih di dalam karyanya Al Iqd al Farid, yang dikutip oleh
Azyumardi Azra dalam bukunya “Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII dan XVIII’ menyebutkan adanya korespodensi antara
raja Sriwijaya (Sri Indravarman) dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Pada sekitar tahun 100 H , Raja Sriwijaya berkirim surat yang isi surat
tersebut adalah :
”Dari Raja di Raja (Malik al Amlak) yang adalah
keturunan seribu raja; yang isterinya juga cucu seribu raja; yang di
dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah; yang di wilayahnya
terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian,
pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12
mil; kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan
Allah. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya
merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda
persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang
dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang
hukum-hukumnya”
Dari Kronologis di atas, kita bisa dapatkan beberapa kemungkinan peristiwa sejarah (Alternatif Historis) :
1. Surat dakwah yang disebarkan Nabi Muhammad ke seluruh pelosok negeri, bisa jadi ada yang ditujukan kepada Raja Sriwijaya.
Mengingat telah adanya hubungan perdagangan antara Sriwijaya dengan
bangsa Arab, yang ditandai dengan keberadaan perkampungan Arab di
Sriwijaya, tahun 625M.
2. Dakwah ke Nusantara, semakin intensif dilakukan pada masa Khalifah Muawiyah I. Dan tidak menutup kemungkinan Syeikh Rukunuddin, adalah salah seorang sahabat Rasulullah, yang dikirim Bani Umayyah, untuk menjadi salah seorang juru dakwah di Nusantara.
3. Ketika masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Islam sudah sangat dikenal. Kuat dugaan, Raja Sriwijaya (Sri Indravarman), adalah seorang Muslim. Dan beliau sangat berkeinginan untuk mempelajari din islam secara lebih mendalam.
Menurut Prof. Dr. Muhammad Syed Naquib al-Attas di bukunya “Historical Fact and Fiction”, ia menyebutkan, ada empat faktor penyebab
minimnya sumber dan kajian sejarah Islam dan sejarah penyebaran Islam
di Nusantara.
*Pertama, sumber dan karya ilmiah
sejarah Islam yang ditulis dalam huruf Jawi/Pego (Arab latin) oleh
masyarakat Nusantara tidak begitu terkenal di kalangan ilmuwan Barat
karena tidak banyak dari mereka yang pandai membaca tulisan Jawi.
*Kedua, banyak sumber sejarah yang hilang atau tidak diketahui keberadaannya pada zaman penjajahan.
*Ketiga, biasanya sumber-sumber
sejarah yang ditulis masyarakat Nusantara dianggap oleh orientalis
sebagai artifak sastra, sebagai karya dongeng atau legenda, yang hanya
bisa dipelajari dari sudut filologi atau linguistik, dan tidak bisa
diterima sebagai sumber sejarah yang sempurna dan benar.
*Keempat, karena minimnya sumber
dan kajian sejarah Islam Nusantara membuat para ilmuwan Barat hanya
menggunakan sumber, kajian dan tulisan dari luar Nusantara termasuk dari
Barat. Mereka tidak memperhatikan atau mungkin tidak tahu adanya
bahan-bahan dan informasi yang terdapat dalam berbagai sumber sejarah
Islam termasuk sumber-sumber sejarah dari wilayah Nusantara.
(Pertanyaannya, Sejak kapan DIN ISLAM berubah menjadi AGAMA, "SEMENJAK NEGARA API MULAI MENYERANG", kata avatar. hehe)
NUSANTARA BERGERAK
gambar : google