Senin, 01 Desember 2014

Ekosistem, Semua Tunduk Patuh Kecuali Manusia (PANCASILA Mengajarkan Keseimbangan Ekosistem)


Segala benda dan makhluk yang ada di bumi ini, sesungguhnya mereka semua telah berTuhan, sebagaimana negara kita yang berdasarkan ketuhanan. Segala makhluk hidup dan kehidupan telah berserah diri dan tunduk patuh kepada Tuhan yang menciptakannya. Sebagaimana dikatakan dalam kitab sucinya "segala apa yang di langit dan dibumi telah tunduk patuh kepadaNya". Memang begitulan jalan fitrah yang harus di lalui setiap penciptaan.

Memang benar adanya ketika hari ini manusia meributkan dan berebut sebuah system kehidupan yang terbaik menurut hasil pemikiran manusia di negaranya masing-masing. Sesungguhnya Tuhan telah memberikan setiap ciptaannya sebuah system yang teratur dan sangat seimbang. Karenanya Tuhan sendiri terlebih dahulu menciptakan sebuah peraturan system hidup dan kehidupan fitrah yang nantinya akan di berlakukan oleh setiap ciptaanNya, tak terkecuali manusia.

Bagaimana kita bisa melihat Tuhan menciptakan sebuah system ekosistem yang berlaku di bumi ini dengan amat teratur dan rapi. Setiap makhluk menjalankan tugas dan fungsi sesuai jalan fitrahnya sebagai ciptaan untuk menjaga keseimbangan hidup dan kehidupan di bumi. Semuanya tunduk patuh dan tidak ada yang menentangnya. Barang siapa yang menentang niscaya akan musnah. 

Seperti contoh : jalan fitrah ikan itu hidupnya di laut dan menjaga keseimbangan lautan, namun tatkala ikan itu menentang jalan system kehidupan yang sudah ditetapkan pada dirinya. Dia menginginkan jalan kehidupan yang lain dari Tuhannya, yaitu menginginkan jalan kehidupan di daratan. Maka dipastikan ikan itu akan musnah (mati) akibat keluar dari fitrah penciptaan. (dan pembangkangan seperti ini tidak mungkin dilakukan oleh ikan itu sendiri)

Namun, kini ada fenomena yang menarik  didalam sebuah system ekosistem tersebut. Kalau di jamannya kehidupan para nabi dan rosul, keseimbangan tersebut terasa benar keseimbangannya, kini telah muncul banyak pemerkosaan-pemerkosaan yang memalukan dilakukan oleh si biang kerok MANUSIA. Ekosistem yang seimbang itu semua menjadi berubah saat negara api menyerang (nafsu birahi menyerang manusia). Birahi untuk mengeruk segala apa yang ada di alam demi memuaskan perzinaannya.

Kebiasaan manusia yang suka berzina (yaitu : menTuhankan nafsunya / memakai system buatan manusia, bukan system fitrah dari Tuhannya) berdampak terhadap ketidak perawanan ekosistem. Kini manusia mengacak-ngacak ekosistem tersebut menjadi semrawut. Akibatnya, harimau masuk perkampungan, air jernih menjadi air sampah, keindahan alam menjadi kubangan alam, dsb.

Ya... bencana semua melanda akibat manusia berzina / menduakan / mempersekutukan / bersundal terhadap Tuhan. Manusi jelmaan ruhul qudus menjadi manusia jelmaan ular beludak.

Namun tenang, tidak mungkin Tuhan hanya diam berpangku tangan. System Tuhan pastilah berlaku, barang siapa yang membangkang akan musnah. Begitupun umat manusia hari ini yang akan musnah atas perzinaannya. Maka Tuhan mengatakan "tiap umat punya batas waktu", semua hanya masalah waktu.

Jika segerombolan ikan membangkang dan musnah??? apakah kehidupan laut akan musnah juga? Tentu saja tidak. Pastilah Tuhan meregenerasi komunitas ikan-ikan baru yang sanggup tunduk patuh untuk menjaga lautan tetap seimbang dengan menjalankan system yang bersumber hanya dariNya. Begitu pula bagi manusia.

Bangkit Nusantaraku, Nusantaramu, Nusantaranya dunia.

NUSANTARA BERGERAK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar